Defisiensi Vitamin D

Defisiensi Vitamin D
Fungsi utama vitamin D yang larut lemak adalah mempertahankan kadar kalsium dan fosfor plasma dalam batas normal. Dalam kapasitas ini, vitamin ini dipergunakan untuk mencegah penyakit tulang serta mencegah tetani.
a.    Rakhitis
        Merupakan istilah yang berarti kegagalan mineralisasi pertumbuhan tulang atau jaringan osteoid. Pada rakhitis, pertumbuhan tulang tidak sempurna akibat dari kemunduran atau penekanan pertumbuhan kartilago epifisis normal dan kalsifikasi normal. Perubahan ini tergantung pada defisiensi kalsium dan garam fosfor serum untuk mineralisasi. Sel kartilago gagal untuk menyempurnakan siklus proliferasi dan degenerasi normalnya, dan kegagalan kapiler selanjutnya terjadi dengan cara selapis demi selapis.
b.    Osteomalasia
        Gangguan akibat kegagalan mineralisasi tulang pada orang dewasa. Sebagian besar kasus disebabkan oleh kekurangan pada diet atau kelainan metabolisme vitamin D.
c.     Tetani
        tetani karena defisiensi vitamin D kadang-kadang menyertai rakitis. Bila kadar kalsium serum turun dibawah 7-7,5 mg/dL, terjadi iritabilitas muskuler, tampaknya karena kehilangan hambatan pengendalian yang digunakan kalsium ion serum pada sambungan neuromoskular.

Defisisensi vitamin D, cenderung menyebabkan hipokalsemia. Apabila terjadi hipokalsemia, produksi PTH meningkat, yang mengaktifkan α-hidroksilase ginjal sehingga penyerapan kalsium dan vitamin D aktif meningkat. Memobilisasi kalsium dari tulang, menururnkan ekskresi kalsium oleh ginjal dan meningkatkan ekskresi fosfat oleh ginjal. Oleh karena itu, kadar kalsium serum dipulihkan mendekati normal, tetapi hipifosfatemia menetap sehingga mineralisasi tulang terganggu.

Sumber : Robbins, L Stanley. Buku Ajar Patologi. 2007. Jakarta: EGC
Sumber : Nelson, E Waldo. Ilmu kesehatan Anak. 2000. Jakarta: EGC
Sumber : Taylor, R Clive. Ringkasan Patologi Anatomi. 2006. Jakarta: EGC

Pola makan sehat
                Masalh gizi timbul karena prilaku gizi yang salah. Perilaku gizi yang salah adalah ketidak seimbangan antara konsumsi gizi dan kecukupan gizi. Jika seseorang mengkonsumsi zat gizi kurang dari kebutuhan gizinya, orang itu akan menderita gizi kurang. Namun, jika dia mengkonsumsi gizi melebihi kebutuhan, dia akan menderita gizi lebih.
                Hidangan gizi seimbang berupa menu makanan yang mengandung zat energi, zat pembangun, dan zat pengatur. Biasannya, zat-zat itu dikonsumsi seseorang dalam sehari sesuai dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi. Keadaan itu tercermin dari derajat kesehatan, tumbuh kembang, serta produktifitas yang optimal.
                Bahan makanan sumber energi terbagi dalam dua kelompok, yaitu berasal dari sumber karbohidrat dan sumber lemak. Bahan makanan sumber karbohidrat adalah padi-padian, sagu, serta pisang. Sumber lainnya adalah gula. Bahan energi yang berasal dari lemak adalah minyak goreng, margarin, mentega, dan santan dari kelapa. Lemak juga membantu penyerapan vitamin A,D,E,dan K.
                Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, dan tahu. Sementara, yang berasal dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu dan hasil olahannya.
                Bahan makanan sumber zat pengatur adalah vitamin dan mineral. Mineral terdiri dari mineral makro dan mikro. Mineral makro berfungsi sebagai pembentukan tulang dan larutan fisiologis. Mineral mikro lebih berfungsi sebagai enzim dan koenzim dari metabolisme penting dalam tubuh. Sumber bahan makanan yang mengandung vitamin adalah sayuran dan buah. Buah-buahan mengandung vitamin lebih banyak, sedangkan sayur-sayuran mengandung mineral lebih banyak.


Piramida gizi indonesia mengelompokan makanan dalam tiga kelompok. Kelompok pertama yang terletak apada dasar piramida adalah makanan sumber karbohidrat. Kelompok kedua adalah jenis makanan sayuran dan buah. Kelompok ketiga yang berada di puncak piramida adalah makanan sumber protein dan lemak.

Sumber : Riyadi, Hadi. Sehat itu Mudah. 2008. Jakarta : Hikmah

Comments