Mekanisme batuk pada infeksi saluran nafas bawah

Over View

Lengkung refleks batuk terdiri dari reseptor perifer, serabut aferen vagus, pusat batuk medula, dan saraf eferen yang mengirim sinyal kesaluran pernafasan dan otot untuk mencapai respon batuk. Reseptor batuk dapat menerima faktor-faktor : a. Iritan, b. Kimia, dan c. Mekanik.

            Batuk terdiri dari 3 jenis, yaitu : a. Batuk akut yaitu batuk kurang dari 3 minggu, b. Batuk subakut yaitu batuk yang durasinya 3-8 minggu, dan c. Batuk kronik yaitu batuk yang lebih dari 8 minggu.

Penyebab tersering batu pada dewasa dan anak
Mekanisme batuk secara Umum.

Mekanisme yang mungkin terjadi pada batuk infeksi saluran nafas bawah :
  1. “Irritation of nerve endings in the larynx and trachea from ‘post nasal drip’”. Infeksi yang terbatas di saluran nafas atas, seperti banyak flu dengan atau tanpa rhinosinusitis, biasannya menghasilkan mengalirnya sekresi yang banyak mengandung mediator inlamasi dari nasopharynx turun menuju larynx atau trachea (post nasal drip) iritasi pada ujung nervus menyebabkan terjadinya batuk.
  2. “Release of proinflammatory mediators at the site of viral replication”. Mediator proinflamasi akan dilepaskan sebagai respon terhadap infeksi ex: Rhinovirus di mukosa saluran nafas. Mediator inflamasi itu adalah : chemokines, cytokines, histamine, bradykinins, dan prostaglandin. Pelepasan mediator inflamasi pada daerah yang terinfeksi virus tersebut akan mengiritasi ujung saraf yang menyebabkan batuk.
  3. “ Exposure of nerve endings secondary to damage and destruction of the airway epithelium”. Kerusakan dari epitel saluran nafas bawah biasannya disebabkan oleh infeksi Influenza. Nekrosis dari lapisan epitel bronkus akan menyebabkan akhir saraf terekspose keluar, menyebabkan penurunan ambang batas refleks batuk.
  4. “ Enhanced effect of neuropeptides such as substance P secondary to decreased in neutral endopeptidase on the epithelial cell surface”. Penurunan ambang batas refleks batuk disebabkan oleh penurunan neutral endopeptidase pada permukaan sel epitel.
  5. “Deformation of irritant receptors by accumulated secretion and debris”. Peningkatan mukus dan debris selama infeksi disaluran pernafasan menyebabkan reseptor iritan tersensitisasi, memicu batuk yang bertujuan membersihkan jalur nafas.
  6. “Airway hyperresponsiveness and bronchospasm”. Seperti yang terjadi pada asma
    Daftar Pustaka
  1.            Mintz, Matthew C. Disorders of the Respiratory Track : Common Challenges in Primary Care. 2006. NewYork : Human Press
  2.      Chung, Kian F. Cough: Causes, Mechanism, and Therapy. 2003. USA : Black well Publishing


Comments