1. a. InflamasiInfeksi Jamur
Infeksi fungi disebut mikosis. Sebagian
besar fungi patogen bersifat eksogen dan habitat alaminnya adalah air, tanah,
dan debris organik. Mikosis yang mempunyai insien paling tinggi adalah
kandidiasis dan dermatofitosis, disebabkan oleh fungi yang merupakan anggota
flora mikroba normal atau yang dapat bertahan hidup pada pejamu manusia. Untuk
memudahkan, mikosis dapat diklasifikasikan: superfisial, kutan, subkutan,
sistemik, dan oportunistik.
a. Superfisial
Pitriatis versikolor
i.
Epidemiologi
Merupakan penyakit universal dan
terutama ditemukan didaerah tropis.
ii.
Patogenesis
Pada kulit, terdapat flora normal
yang berhubungan dengan timbulnya Pitriatis versikolor ialah Pityrosporum
orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum ovale yang berbentuk oval.
Keduannya merupakan organisme yang sama, dapat berubah sesuai dengan lingkungan
misalnya: suhu, media, dan kelembaban.
Malassezia
furfur merupakan fase spora dan miselium. Faktor predisposisi menjadi patogen
dapat endogen atau eksogen. Endogen dapat disebabkan diantarannya oleh
defisiensi imun. Eksogen dapat karena faktor suhu, kelembaban udara, dan
keringat.
iii.
Gejala klinis
Kelainan
ini terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-warni, bentuk tidak teratur batas
jelas sampai difusi, kelainan biasannya asimtomatik sehingga adakalannya
penderita tidak mengetahui bahwa ia menderita penyakit tersebut.
Kadang-kadang
penderita dapat merasakan gatal ringan yang merupakan alasan berobat.
Hipopigmentasi kemungkinan pengaruh toksik jamur terhadap pembentukan pigmen
menjadi masalah kosmetik.
iv.
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan atas dasar gambaran klinis, pemeriksaan flurensi lesi kulit dengan
lampu wood, dan sediaan langsung.
v.
Pengobatan
Pengobatan harus dilakukan
menyeluruh, tekun, dan konsisten. Obat-obatan yang dapat dipakai misalnya:
suspensi selenium sulfide digunakan sebagai sampoo. Obat-obatan lain adalah
turunan azol.
b. Kutan
Kandidosis
i.
Epidemiologi
Penyakit ini terdapat diseluruh
dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur
penyebabnya terdapat pada orang sehat sebagai saprofit.
ii.
Patogenesis
Infeksi kandida dapat terjadi,
apabila ada faktor predisposisi baik endogen maupun eksogen.
Faktor endogen:
a. Perubahan
fisiologi :
i.
Kehamilan
ii.
Kegemukkan
iii.
Debilitas
iv.
Latogenik
v.
Endokrinopati
vi.
Penyakit kronik
b. Umur
c. Imunologik
Faktor
eksogen :
i.
Iklim
ii.
Kebersihan kulit
iii.
Kebiasaan merendam kaki diair
iv.
Kontak dengan penderita
iii.
Gejala klinis
a. Intertriginosa
Lesi
didaerah lipatan kulit ketiak, lipatan paha, intergluteal, lipatan payudara,
antara jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilikus berupa bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.
Lesi tersebut dikelilingi oleh
satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila
pecah meninggalkan daerah yang erosif, dengan pinggiran yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer.
b. Perianal
Lesi berupa maserasi seperti
infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit ini menyebabkan pruritis ani.
c. Generalisita
Lesi terdapat pada glabrous skin,
biasannya juga dilipatan payudara, intergluteal, dan umbilikus. Sering disertai
glositis, stomatitis, dan paronika.
d. Paronikia
dan Onikomikosis
e. Diaper-rash
iv.
Diagnosis
a. Kerokan
kulit / usapan eksudat → KOH, pewarnaan gram
b. Pemeriksaan
biakkan
v.
Pengobatan
a. Menghindari
/ menghilangkan faktor predisposisi
b. Topikal
→ nistanin, amfoterisin B, grup Azol
c. Sistemik
→ tablet nistanin, Amfoterisin B.
c.
Subkutan
Kromoblastomikosis
i.
Epidemiologi
Penyakit ini kadang-kadang dilihat
diIndonesia. Sumber penyakit biasannya dari alam dan terjadi infeksi melalui
melalui trauma.
ii.
Patogenesis
Fungi masuk melalui trauma,
biasannya mengenai kaki. Lesi primer membentuk seperti bisul sepanjang saluran
limfatik. Kaki gajah merupakan infeksi sekunder.
iii.
Gejala klinis
Penyakit
ini ditandai dengan pembentukan nodus verukosa kutan yang perlahan-lahan
sehingga membentuk vegetasi papilomatosa yang besar.
iv.
Diagnosis
a. Mikroskopik
: kerokkan diberi KOH 10%
b. Kultur
: sabouraud
v.
Pengobatan
a. Pembedahan
b. Emberian
itrokonazol atau flutilosis
c. Kombinasi
dengan pemanasan topikal
2. b. Inflamasi Non-infeksi miliaria
i.
Patogenesis
Patogenesisnya belum diketahui
secara pasti, terdapat 2 pendapat. Pendapat pertama mengatakan primer, banyak
keringat dan perubahan kuantitatif, penyebabnya adalah sumbatan keratin pada
muara kelenjar keringat dan perforasi sekunder pada bendungan keringat di
epidermis. Pendapat kedua mengatakan bahwa primer kadar garam yang tinggi pada
kulit menyebabkan spongiosis dan sekunder muara kelenjar keringat.
ii.
Gejala klinis
a. Kristalina
Terdapat di badan yang tertutup
pakaian, berupa vesikel berukuran 1 - 2 mm, bergerombol, tanpa tanda radang,
tidak memberikan keluhan dan sembuh dengan sisik halus.
b. Rubra
Terdapat di badan dan tempat-tempat
yang mengalami tekanan atau gesekkan pakaian. Berupa papul eritematosa atau
papul vesikuler dengan keluhan gatal dan pedih.
c. Profunda
Bentuk yang jarang, terutama di
badan dan ekstrimitas, berupa papul putih, keras, ukuran 1-3mm. Tidak disertai
gatal dan tanda radang.
iii.
Tatalaksana
Pengobatan khusus tidak perlu,
kecuali bila sangat gatal disertai infeksi sekunder, dapat diberikan CTM,
ampisilin.
iv.
Pencegahan
Jaga sirkulasi udara, gunakan
pakaian tipis dan menyerap keringat, bila berkeringat basuh dengan handuk
basah.
Comments
Post a Comment