Kapasitas paru bervariasi sesuai ukuran
dan umur seseorang. Volume tidal merupakan jumlah udara yang digunakan pada
satu kali inhalasi dan ekshalasi normal, rata-rata volume tidal adalah 500 ml.
Cadangan inspirasi merupakan jumlah udara melebihi volume tidal yang bisa
dicapai dengan bernafas sedalam mungkin. Normalnya berkisar 2000 – 3000 ml. Cadangan
ekspirasi merupakan jumlah udara melebihi tidal yang bisa dikeluarkan dengan
ekshalasi paling kuat. Normalnya berkisar 1000 – 1500 ml
Ventilasi paru menyediakan oksigen untuk jaringan
dan mengeluarkan karbondioksida. Jadi pernafasan harus sangat sesuai dengan
metabolisme untuk penghantaran oksigen yang adekuat dan untuk mencegah
penumpukan karbondioksida. Faktor-faktor lain juga harus dipertimbangkan,
seperti kebutuhan untuk bicara dan batuk, dan keadaan terkini paru serta
otot-otot pernafasan. Semua ini diintegrasi oleh generator pola pusat yang
terletak di batang otak. Generator ini menetapkan ritme dasar dan pola
ventilasi, dan dimodulasi oleh kemoreseptor untuk menyesuaikan ventilasi dengan
metabolisme, umpan balik dari reseptor paru, dan input yang lebih tinggi,
seperti emosi dan temperatur .
Pada
saat menahan napas, CO2 yang dihasilkan melalui proses metabolisme
terus tertimbun dalam darah anda dan selanjutnya meningkatkan konsentrasi H+
di CES otak. Akhirnya, stimulasi terhadap pernafasan yang ditimbulkan oleh PCO2-H+
menjadi sedemikian kuat, sehingga masukkan eksitatorik kemoreseptor sentral
mengalahkan masukan inhibitorik volunter untuk respirasi, sehingga bernafas
kembali dimulai walaupun anda berusaha menghentikannya. Bernafas telah pulih
jauh sebelum PO2 arteri turun ke kadar yang sangat rendah yang
mengancam nyawa dan memicu kemoreseptor perifer. Dengan demikian anda tidak
dapat dengan sengaja menahan nafas untuk menciptakan kadar CO2 yang
tinggi atau kadar O2 yang rendah di dalam arteri yang dapat
mengancam nyawa.
Walaupun
CO2 memiliki sedikit efek perangsangan langsung terhadap
neuron-neuron area kemosensitif, tetapi CO2 sangat berpengaruh pada
efek tidak langsung. CO2 akan bereaksi dengan cairan jaringan untuk
membentuk asam karbonat yang berdisosiasi menjadi ion bikarbonat dan ion
hidrogen. Ion hidrogen kemudian berpengaruh terhadap rangsangan langsung
terhadap pernafasan. Sawar darah otak tidak terlalu permeable terhadap ion
hidrogen, sedangkan karbondioksida melalui sawar ini hampir seperti sawar ini
tidak ada. Akibatnya, kapan pun PCO2 darah meningkat, maka PCO2
cairan intersisial medula dan cairan serebrospinal juga ikut meningkat. Dalam
kedua cairan ini, CO2 segera bereaksi dengan air untuk membentuk ion
H+ yang baru. Dengan demikian, secara bertentangan, lebih banyak ion
H+ dilepas kedalam area sensoris kemosensitif pernafasan pada medula
bila konsentrasi CO2 darah meningkat dari pada bila konsentrasi ion
H+ darah meningkat. Oleh karena itu, perubahan CO2 darah
akan sangat meningkatkan aktivitas pusat pernafasan.
Titik
dimana napas tidak bisa ditahan secara volunter atau “sengaja” disebut dengan breaking pint. Breaking tercapai ketika
terjadi peningkatan PCO2 arteri dan penurunan dari PO2
arteri. seseorang bisa menahan napas lebih lama ketika carotid bodies dibuang. Menghirup oksigen 100 % sebelum menahan
napas dapat meningkatkan PO2 alveolus, yang akhirnya menyebabkan
penundaan tercapainya breaking point.
Hal yang sama juga terjadi pada saat melakukan hiperventilasi sebelum menahan
nafas, hal ini dikarenakan banyak CO2 yang di ekspirasi yang
menyebabkan PCO2 rendah pada awal menahan nafas. Selain faktor
tersebut ada juga faktor psychological dimana seseorang yang dikatakan
melakukan tahan nafas dengan baik akan bertahan lebih lama dibandingkan dengan
yang dikatakan tidak melakukan tahan napas dengan baik.
Bila
seseorang melakukan latihan fisik, kemungkinan sinyal saraf langsung merangsang
pusat pernafasan dalam tingkat yang hampir sesuai dengan penyediaan kebutuhan
oksigen tambahan yang dibutuhkan selama latihan fisik, dan membuang karbon
dioksida ekstra. Namun, kadang-kadang, sinyal saraf pengatur pernafasan terlalu
kuat atau terlalu lemah. Kemudian, faktor-faktor kimia memegang peranan penting
dalam melakukan penyesuaian akhir pernapasan, yangdibutuhkan untuk
mempertahankan konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen cairan
tubuh sedekat mungkin dengan konsentrasi normal. Hal ini dilukiskan pada gambar
4, yang diperlihatkan oleh kurva bagian bawah, perubahan ventilasi alveolus
selama periode latihan 1 menit dan, oleh kurva bagian atas, yaitu perubahan PCO2.
Perhatikan bahwa pada saat latihan fisik dimulai, ventilasi alveolus dengan
segera meningkat tanpa didahului peningkatan dari PCO2 arteri.
kenyataannya, peningkatan ventilasi alveolus ini biasannya cukup besar sehingga
pada awalnya menurunkan PCO2 arteri dibawah normal, seperti
diperlihatkan dalam gambar. Alasan yang diduga bahwa , ventilasi mendahului
peningkatan pembentukan karbon dioksida dalam darah, sehingga otak mengadakan
suatu rangsangan “antisipasi” pernapasan pada permulaan latihan, menghasilkan
ventilasi alveolus ekstra bahkan sebelum dibutuhkan. Namun, setelah kira-kira
30-40 detik, jumlah karbon dioksida yang dilepas ke dalam darah dari otot aktif
hampir sama dengan peningkatan kecepatan ventilasi, dan PCO2 arteri
kembali normal bahkan selama latihan berlangsung.
Daftar Pustaka
1.
Scanlon, Valerie C.
Buku Ajar Anatomi & Fisiologi. 2007. Jakarta : EGC
2.
Ward, Jeremy P. At
a Glance Fisiologi. 2009. Jakarta : Penerbit Erlangga
3.
Sherwood, Lauralee.
Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. 2001. Jakarta : EGC
4.
Guyton, Arthur C.
Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 2008. Jakarta :EGC
5.
Ganong, William F.
Rivew of Medical Physiology. 2003. New York: McGraw-Hill Companies
salam kenal :)
ReplyDeleteMaaf gan usul..
ReplyDeleteGmn kalo agak di sederhana in pnjelasan ny..Lgsung intiny aja cos
Saya muter2 mahaminya.
Mksh
thank a lot .. makasiiiiiiih ^^
ReplyDeletedibaca semakin mbulet lari dari judulnya ..
ReplyDelete