3.
Jenis-jenis malnutrisi ?
Makanan
yang memadai harus menyediakan :
a. Energi
yang cukup, dalam bentuk karbohidrat, lemak, dan protein, untuk kebutuhan
metabolik sehari-hari.
b. Asam
amino dan asam lemak (esensial dan non-esensial) sebagai bahan baku (building blocks) untuk sintesis
fungsional serta struktural protein dan lemak.
c. Vitamin
dan mineral, yang berfungsi sebagai koenzim atau hormon dalam jalur metabolisme
vital atau, seperti halnya kalsium dan fosfat, sebagai komponen struktural yang
penting.
Pada
malnutrisi primer, satu atau semua komponen tersebut tidak terdapat dalam makanan.
Sebaliknya, pada malnutrisi sekunder, atau terkondisi, pasokan nutrien memadai
tetapi terjadi malnutrisi akibat malabsorbsi nutrien, gangguan penggunaan atau
penyimpanan nutrien, peningkatan kebutuhan akan nutrien.
Sumber
: Robbins, L Stanley. Buku Ajar Patologi. 2007. EGC:Jakarta
Gangguan
nutrisi
1. Malnutrisi
Malnutrisi dapat akibat dari masukkan makanan yang
tidak sesuai atau tidak cukup atau dapat akibat dari penyerapan makanan yang
tidak cukup.
a. Marasmus
Sinonim
marasmus diterapkan pada pola penyakit klinis yang menekankan satu atau lebih
tanda defisiensi protein dan kalori. Gambaran klinik dari marasmus berasal dari
masukkan kalori yang tidak cukup karena diet yang tidak cukup, karena kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti mereka yang hubungan orangtua-anak terganggu,
atau karena kelainan metabolik atau malformasi kongenital. Gangguan berat
setiap sistem tubuh dapat mengakibatkan malnutrisi.
b.
Malnutrisi Protein
Gejala
utama malnutrisi protein disebabkan karena masukkan protein tidak cukup
bernilai biologis baik. Dapat juga karena penyerapan protein terganggu, seperti
pada keadaan diare kronik, kehilangan protein abnormal dan proteinuria
(nefrosis), infeksi, perdarahan atau luka bakar, dan gagal mensintesis protein,
seperti pada penyakit hati kronik.
Kwashiorkor
merupakan sindrom klinis akibat dari defisiensi protein berat dan masukan
kalori tidak cukup. Dari kekurangan masukan atau dari kehilangan yang
berlebihan atau kenaikan angka metabolik yang disebabkan oleh infeksi kronik,
akibat defisiensi vitamin dan mineral dapat turut menimbulkan tanda-tanda dan
gejala-gejala tersebut.
c. Malnutrisi
pada anak sesudah masa bayi
Malnutrisi pada anak dapat merupakan kelanjutan
keadaan kurang gizi yang dimulai pada masa bayi, atau ia dapat timbul dari
faktor-faktor yang menjadi berlaku selama masa anak. Pada umumnya penyebabnya
adalah sama seperti penyebab yang menyebabkan malnutrisi pada bayi. Kebiasaan
diet yang jelek dapat disertai dengan keadaan higienik yang pada umumnya jelek,
disertai dengan penyakit kronik, disertai dengan kebiasaan makan yang rewel
dari anggota keluarga yang lain, atau disertaidengan gangguan hubungan orang
tua-anak.
2. Obesitas
(Kegemukan)
Obesitas biasannya disebabkan oleh kelebihan
masukkan makanan bukannya dari kelebihan makanan yang masif. Simpanan lemak
tubuh bertambah ketika masukkan energi melebihi pengeluaran, dan keadaan ini
biasannya terjadi bila ada keseimbangan energi yang sedikit positif selama masa
yang lama.
3. Defisiensi
dan Kelebihan Vitamin
Nama
|
Pengaruh
Defisiensi
|
Pengaruh
Kelebihan
|
Vitamin A
|
Niktalopia,
fotofobia, xeroftalmia, konjungtivitis, keratomalasia yang menyebabkan
kebutaan, pembentukan tulang epifiseal gagal, email gigi tidak sempurna,
keratinisasi membrana mukosa dan kulit, retradasi pertumbuhan, tahanan
terhadap infeksi terganggua.
|
Anoreksia,
pertumbuhan terlambat, kulit kering dan pecah-pecah, pembesaran hati dan
limpa, pembengkakan dan nyeri tulang panjang, tulang mudah patah, tekanan
intra kranial meningkat, alopesia, karotenemia.
|
Vitamin B
kompleks
|
Beri-beri,
kelelahan, iritabilitas, anoreksia, konstipasi, nyeri kepala, insomnia,
takikardi, polineuritis, gagal jantung, udem, asam piruvat dalam darah naik,
afonia.
|
Tidak
ada yang dari masukkan oral.
|
Riboflavin
|
Ariboflavinosis,
fotofobia, penglihatan kabur, mata panas dan gatal, vaskularisasi kornea,
pertumbuhan jelek, keilosis.
|
Tidak
berbahaya.
|
Niasin
|
Pelagra,
sindrom defisiensi vitamin B multipel, diare, demensia, dermatitis.
|
Asam
nikotinat adalah vasodilator, kulit merah dan gatal, hepatopati
|
Bitin
|
Dermatitis,
seborrhea
|
Belum
diketahui.
|
Vitamin B12
|
Anemia
pernisiosa juvelin, asiduria metilmalonat, homosistinuria.
|
Belum
diketahui.
|
Vitamin C
|
Skorbut
dan penyembuhan luka jelek.
|
Oksaluria.
|
Vitamin D
|
Rakitis,
tetani infantil, pertumbuhan jelak, osteomalasia.
|
Toksik,
neusea, diare, kehilangan berat, poliurea, nokturia, kalsifikasi jaringan
lunak.
|
Vitamin E
|
Hemolisis
sel darah merah pada bayi prematur, kehilangan keutuhan syaraf.
|
Belum
diketahui.
|
Vitamin K
|
Manifestasi
perdarahan, metabolisme tulang.
|
Tidak
ditegakkan
|
Sumber
: Nelson, E Waldo. Ilmu Kesehatan Anak. 2000. EGC:Jakarta
7.
Faktor yang menyebabkan Kegagalan untuk Bertumbuh ?
KUB
biasannya mengacu pada anak dengan pertumbuhan di bawah presentil ke-3 atau
ke-5 atau anak yang pertumbuhannya menururn lebih dari dua presentil
pertumbuhan pokok dalam waktu singkat. Secara tradisional diagnosis KUB dibagi
menjadi dua kategori. KUB organik mengacu pada kondisi medis anak yang
mendasari, KUB nonorganik atau psikososial mengacu pada anak yang berumur di
bawah 5 tahun dan tidak diketahui adannya kondisi medis yang menyebabkan
kegagalan pertumbuhan.
33rd
|
35th
|
310th
|
325th
|
350th
|
375th
|
390th
|
33rd
|
35th
|
310th
|
325th
|
350th
|
375th
|
390th
|
395th
|
397th
|
<3rd
|
<3rd
|
397th
|
395th
|
Bagan 2 Kurva CDC NCHS 2000
tinggi badan berbanding usia
|
Tabel 1 penyebab
organik utama pada Kegagalan Untuk Bertumbuh (KUB)
Sistem
|
Penyebab
|
Gastrointestinum
|
Refluks gastroesofagus, penyakit seliak, stenosis
pilorus, celah palatum/bibir, intoleransi laktosa, penyakit hirschsprung,
intoleransi protein-susu, hepatitis, sirosis, insufisiensi pankreas, penyakit
saluran empedu, penyakit radang usus, malabsorbsi.
|
Ginjal
|
Infeksi saluran kencing, asidosis tubulus ginjal,
diabetes insipidus, insufisiensi ginjal kronis.
|
Kardiopulmonal
|
Penyakit jantung yang menyebabkan gagal jantung
kongesif, asma, displasia bronkupulmonaris, kistik fibrosis, kelainan
anatomis saluran pernafasan atas.
|
Endokrin
|
Hipotiroidisme, diabetes militus, insufisiensi
adrenal atau kelebihan, gangguan paratiroid, gangguan pituitari, defisiensi
hormon pertumbuhan.
|
Neurologis
|
Retradasi mental, perdarahan serebral, gangguan
degeneratif.
|
Infeksi
|
Infeksi parasit atau bakteri saluran pencernaan,
tuberkulosis, penyakit imunnodefisiensi manusia.
|
Metabolik
|
Kesalahan metabolisme bawaan.
|
Kongenital
|
Kelainan kromosom , sindrom kongenital, infeksi
perinatal.
|
Lain-lain
|
Keracunan timah hitam, keganasan, penyakit kollagen
vaskular, infeksi berulang pada adenoid dan tonsil.
|
Kegagalan
untuk Bertumbuh Nonorganik ( Nonorganic
Failure to Thrive = NOFTT)
NOFTT terutama terjadi bila anak,
biasannya bayi tidak diberi makan cukup kalori. Ibu mungkin mengabaikan
pemberian makanan yang pantas karena ia dilibatkan dengan kebutuhan eksternal
dan perawatan yang lain, dipenuhi dengan masalah-masalah dalam, ketidak tahuan
mengenai pemberian makan yang tepat, penyalah gunaan bahan, atau tidak menyukai
bayinya. Kehiangan emosional dan keibuan selalu terjadi bersamaan dengan
kehilangan nutrisi. Ibu-ibu ini sering merasakan kehilangan dan tidak mencintai
dirinya sendiri dan mungkin depresi secara akut atau kronik. Berkali-kali dan
terus menerus krisis, sering ditambah dengan tidak adannya ayah secara fisik,
mungkin meliputi ibu, yang bereaksi dengan melalaikan bayinya. Kemiskinan dapat
juga mencegah pengasuh memperoleh makanan yang cukup untuk anak.
Sumber
: Nelson, E Waldo. Ilmu Kesehatan Anak. 2000. EGC:Jakarta
12.
Pencegahan kwashiorkor dan marasmus ?
Tindakan
pencegahan terhadap marasmus dan kwashiorkor dapat dilaksanakan dengan baik
bila penyebab diketahui. Usaha-usaha tersebut memerlukan sarana dan prasarana
kesehatan yang baik untuk pelayanan kesehatan dan penyuluhan gizi.
1.
Pemberian air susu ibu (ASI) sampai umur
2 tahun merupakan sumber energi yang paling baik untuk bayi.
2. Ditambah
dengan pemberian makanan tambahan yang bergizi pada umur 6 bulan ke atas.
3. Pencegahan
penyakit infeksi, dengan meningkatkan kebersihan lingkungan dan kebersihan
perorangan.
4. Pemberian
imunisasi.
5. Mengikuti
program keluarga berencana untuk mencegah kehamilan terlalu dekat.
6. Penyuluhan/pendidikan
gizi tentang pemberian makanan yang adekuat merupakan usaha pencegahan jangka
panjang.
7.
Pemantauan (surveillance) yang
teratur pada anak balita di daerah yang endemis kurang gizi, dengan cara
penimbangan berat badan tiap bulan.
Sumber
: diunduh dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/cdk_134_masalah_anak.pdf
pada tanggal 27-10-2011 pukul 21:31
13.
Penatalaksanaan kwashiorkor dan marasmus ?
Tabel 2 Bagan dan
jadwal pengobatan
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia (kadar gula
dalam darah rendah)
Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah,
suhu tubuh rendah. Jika anak sadar dan dapat menerima makanan usahakan
memberikan makanan saring/cair 2-3 jam sekali. Jika anak tidak dapat makan
(tetapi masih dapat minum) berikan air gula dengan sendok.
2.
Pengobatan dan pencegahan hipotermia
(suhu tubuh rendah)
Hipotermia ditandai dengan suhu tubuh yang
rendah dibawah 360 C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara
yang dapat dilakukan adalah ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya
lalu ditutupi selimut (Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat
bernafas.
3.
Pengobatan dan Pencegahan kekurangan
cairan
Tanda klinis yang sering dijumpai pada
anak penderita KEP dengan dehidrasi adalah :
· Ada riwayat diare sebelumnya
· Anak sangat kehausan
· Mata cekung
· Nadi lemah
· Tangan dan kaki teraba dingin
· Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup
lama.
Tindakan
yang dapat dilakukan adalah :
·
Jika anak masih menyusui, teruskan ASI
dan berikan setiap setengah jam sekali tanpa berhenti. Jika anak masih dapat
minum, lakukan tindakan rehidrasi oral dengan memberi minum anak 50 ml (3
sendok makan) setiap 30 menit dengan sendok. Cairan rehidrasi oral khusus untuk
KEP disebut ReSoMal.
·
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan
KEP berat/Gizi buruk dapat menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak
tidak dapat minum, lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer
Laktat/Glukosa 5 % dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan
keseimbangan elektrolit
Pada semua KEP berat/Gizi
buruk terjadi gangguan keseimbangan elektrolit. Ketidakseimbangan elektrolit
ini memicu terjadinya edema dan, untuk pemulihan keseimbangan elektrolit
diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
Berikan :
-
Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
-
bila balita KEP bisa makan berikan bahan
makanan yang banyak mengandung mineral ( Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium)
dalam bentuk makanan lumat/lunak
5. Lakukan Pengobatan dan pencegahan infeksi
Pada
KEP berat/Gizi buruk, tanda yang umumnya menunjukkan adanya infeksi seperti
demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua KEP berat/Gizi buruk
secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas.
6. Pemberian
makanan balita KEP berat/Gizi buruk
Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi
dalam 3 fase, fase stabilisasi, fase transisi, dan fase rehabilitasi
a. Fase
Stabilisasi ( 1-2 hari)
Pada awal fase stabilisasi perlu pendekatan yang sangat
hati-hati, karena keadaan faal anak sangat lemah dan kapasitas homeostatik
berkurang.
b.
Fase Transisi (minggu ke 2)
Pemberian
makanan pada fase transisi diberikan secara berlahan-lahan untuk menghindari
risiko gagal jantung, yang dapat terjadi bila anak mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak secara mendadak.
c.
Fase Rehabilitasi (minggu ke 3-7)
·
Formula WHO 100/pengganti/Modisco 1
dengan jumlah tidak terbatas dan sering.
·
Energi : 150-220 Kkal/kg bb/hari
·
Protein 4-6 gram/kg bb/hari
·
Bila anak masih mendapat ASI, teruskan,
tetapi juga beri formula WHO 100/Pengganti/Modisco 1, karena energi dan protein
ASI tidak akan mencukupi untuk tumbuh-kejar.
7. Perhatikan
masa tumbuh kejar balita (catch- up
growth)
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase
rehabilitasi
a.
Fase
transisi:
i.
Frekuensi nafas
ii.
Frekuensi denyut nadi
iii.
Timbang anak setiap pagi sebelum diberi
makan
b.
Pemantauan fase rehabilitasi
i.
Timbang anak setiap pagi sebelum diberi
makan.
ii.
Setiap minggu kenaikan berat badan
dihitung.
8. Lakukan
penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
Semua pasien KEP
berat/Gizi buruk, mengalami kurang vitamin dan mineral. Walaupun anemia biasa terjadi, jangan
tergesa-gesa memberikan preparat besi (Fe). Tunggu sampai anak mau makan dan
berat badannya mulai naik (biasanya pada
minggu ke 2). Pemberian besi pada masa stabilisasi dapat memperburuk keadaan
infeksinya.
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan
emosional
Pada KEP
berat/gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan perilaku,
karenanya berikan :
i. Kasih
sayang
ii. Ciptakan
lingkungan yang menyenangkan
iii. Lakukan
terapi bermain terstruktur selama 15 – 30 menit/hari
iv. Rencanakan
aktifitas fisik segera setelah sembuh
v. Tingkatkan
keterlibatan ibu (memberi makan, memandikan, bermain dsb)
10. Persiapan untuk tindak lanjut di rumah
Bila berat badan
anak sudah berada di garis warna kuning anak dapat dirawat di rumah dan
dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan di desa. Pola
pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan dirumah setelah
pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan.
Sumber : diunduh dari http://gizi.depkes.go.id/pedoman-gizi/download/ped-tata-kurang-protein-pkm-rt.doc
pada tanggal 27-10-2011 pukul 21:22
18.
Apakah ada hubungan batuk kronik pada ayah terhadap keadaan anaknya ?
Batuk
adalah suatu refleks nafas yang terjadi karena adannya rangsangan reseptor
iritan yang terdapat di seluruh saluran nafas. Batuk juga dapat merupakan
akibat penyakit telinga atau gangguan perut yang mengakibatkan iritasi
diafragma. Jika, ayah menderita TB maka, penularan penyakit ini sebagian besar
melalui inhalasi basil yang mengandung basil yang mengandung droplet nucleic.
Pada
saat terjadi malnutrisi seluruh organ akan mengalami penurunan masannya kecuali
otak dimana malnutrisi tidak menyebabkan perubahan pada massanya. Pada saat
malnutrisi akan terjadi proses penghancuran dari lean body mass untuk melepaskan asam amino untuk proses
glukoneogenesis. Sebagaimana kita tahu asam amino dan protein penting dalam
tubuh untuk sistem imunitas dan proses penyembuhan penyakit.
Sumber
: Sudoyo, W Aru. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 2009. Jakarta: Interna
Publishing
Beberapa
mekanisme pertahanan normal tubuh terganggu dan tidak berfungsi dengan baik
dalam subjek kurang gizi. Sebagai
contoh, anak-anak dengan kwashiorkor tidak mampu untuk membentuk antibodi
terhadap vaksin tifoid atau toksoid difteri, kapasitas mereka untuk
melakukannya dipulihkan setelah terapi protein. Demikian pula, anak-anak dengan
malnutrisi protein memiliki respon antibodi terganggu untuk inokulasi dengan
vaksin demam kuning. Studi ini memberikan indikasi yang cukup jelas bahwa tubuh
yang kekurangan gizi memiliki kekurangan kemampuan untuk mempertahankan diri
terhadap infeksi. Dalam penelitian
terbaru, tingkat depresi ini berhubungan langsung dengan keparahan kekurangan
gizi protein-energi (KEP). Transferin
serum juga rendah pada mereka dengan tingkat KEP berat, dan mereka sering
memakan waktu yang cukup lama untuk kembali ke normal bahkan setelah pengobatan
diet yang tepat.
Sumber
: diunduh dan diterjemahkan dari http:// www.fao.org/ DOCREP/ W0073e/ w0073e05.htm# P3136_356089
pada tanggal 27-10-2011 pukul 22:03
Terminologi
:
a. Nefrosis :
Setiap penyakit ginjal yang ditandai oleh lesi
degeneratif tubulus ginjal yang murni.
b.
Niktalopia :
Rabun senja.
c.
Fotofobia :
Intoleransi visual yang abnormal terhadap cahaya.
d.
Xeroftalmia :
Oftalmia yang disebabkan oleh benda asing di mata.
e.
Anoreksia :
Tidak ada atau hilangnya selera makan.
f.
Alopesia :
Botak.
g.
Karotenemia :
Warna kulit kuning
keemasan.
h.
Afonia :
Kehilangan suara.
i.
Keilosis :
Radang
dangkal pada sudut mulut yang menyebabkan sudut mulut pecah-pecah.
j.
Pelagra :
Sindrom akibat defisiensi niasin.
k.
Demensia :
Sindrom mental organik yang ditandai dengan
hilangnya kemampuan intelektual secara menyeluruh yang mencakup gangguan
mengingat, penilaian, dan pemikiran abstrak.
l.
Dermatitis :
Peradangan kulit.
m.
Seborrhea :
Sekresi sebum yang berlebihan.
n.
Neusea :
Sensasi tidak menyenangkan yang secara samar mengacu
pada epigastrium dan abdomen, dengan kecenderungan untuk muntah.
o.
Poliurea :
Sekresi urin yang berlebihan.
p.
Nokturia :
Urinasi berlebih pada malam hari.
q. Asidosis :
Keadaan patologik akibat akumulasi asam pada, atau
kehilangan basa dari, tubuh.
r.
Antibiotik spektrum luas :
Antibotik bersifat bakteriostatik untuk kuman Gram positif dan
Gram negatif.
s. Lean body mass :
Masa tubuh dikurang simpanan lemak.
Comments
Post a Comment